Minggu, Januari 18, 2009

SILATURAHMI....(Bagian dari Solusi)

....Kehendak atau hasrat untuk berubah akan tetap menjadi kehendak atau hasrat apabila tidak disertai dengan kepemimpinan yang unggul…….

Kehebatan seorang pemimpin….seperti motivasi untuk maju, bijak, professional, tidak sombong, hidup sederhana, jujur, sadar akan pentingnya team work, suka bekerja keras, berani mengambil resiko secara terukur, penuh imajinasi dan selalu menjaga kualitas kerjanya, serta mengakui keunggulan seseorang termasuk keunggulan anak buahnya…tidak dapat hanya di peroleh melalui pendidikan formal, tetapi di peroleh melalui penghayatan yang empiris…. (Prof. Muladi).

Back Ground

Mengenai ini penulis teringat ketika bertugas di perbatasan Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Bengkayang (Eks Kabupaten Sambas sebelum pemekaran) yang berbatasan langsung dengan Distrik Sirikin, Kuching, Malaysia. Penulis saat itu dipercaya oleh Pimpinan sebagai Komandan Pangkalan TNI AU dari akhir tahun 2003 sampai dengan Agustus 2006.

Kerusuhan antar suku (SARA) antara Suku Dayak dan Madura, sering terjadi dan sudah menjadi laten dan berlarut-larut, puncaknya terjadi pada tahun 1999. Segala daya dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah, baik daerah maupun Pusat untuk menyelesaikan pertikaian antar suku tersebut. Ditandai dengan pengungsian besar-besaran etnis madura dari Sanggauledo (Lanud Swa2) Kab. Sambas sebagai tempat titik kumpul evakuasi ke daerah asalnya di P.Madura.

Penulis memulai bertugas (Th.2004) dengan situasi lingkungan yang cukup kondusif namun dengan kewaspadaan. Menjaga dan memelihara lingkungan daerah yang kondusif di bekas daerah konflik menjadi fokus Penulis untuk dapat melaksanakan tugas-tugas di sana.

Masalah Pertama datang...

Soal Tanah...kawan.

Memang era reformasi ini....era keanomalian. Menjungkirkan kamapanan...tidak cukup puas dengan kondisi yang ada...semuanya harus bisa...cari kamus logika pembenarannya....apapun caranya...tidak peduli berapapun ongkos sosial yang harus dibayar.....

Hiiii....(mereka !) baru saja menang perang...kawan.

Mereka mengklaim sebagian tanah yang menjadi tanggung jawab penulis adalah milik mereka, sepertinya mereka sudah mempersiapkan jauh-jauh hari...Tanah yang mereka sangkakan miliknya, mereka jaga dengan pedang dan senjata tajam lainnya. Penulis sampaikan kepada seluruh Anggota ”, Jangan ada di antara kita yang ikut terbawa emosi mereka”.

Setelah sebelumnya penulis berkoordinasi dengan Kepala dusun, Kepala Desa dan Pak Camat Sanggauledo, diadakanlah pertemuan di balai Kecamatan. Bapak Camat, Bapak Kades, Bapak Kadus, Bapak Danramil, Bapak Kapolsek, Para Tetua Adat Dayak setempat dan Para warga penyata pemilik tanah yang terdiri 40 orang penandatangan.....benar kawan..ternyata mereka sudah mempersiapkan jauh-jauh hari.

Masing-masing pihak menyampaikan argumentasi dan pendapatnya...bukti-bukti otentik dari pihak penulis sudah di sampaikan dengan adanya sertifikat kepemilikan yang sah. Dasar klaim mereka adalah wasiat turun temurun dari nenek moyang. Pertemuan pertama belum ada titik temu, di lanjutkan dengan pertemuan kedua yang semakin panas.......yang sudah pasti tidak akan pernah ada ujung pangkalnya.

Menyelesaikan dengan Cara Lain

Setelah sebelumnya mengadakan rapat dengan staf, penulis menyambangi dan silaturahmi satu persatu ke para Tetua Adat, Para Kadus....ke perkampungan mereka....bicara tentang keluarga, anak-anak mereka, dusun dan kondisi mereka, tentang kehidupan mereka...menyapa mereka....menyambangi Sekolah yang ada (SD) dan guru-gurunya....

Kawan....

Mereka belum memiliki Televisi (TV) desa, Air bersih belum ada, Lahan garapan sebagai mata pencaharian semakin sulit, Peralatan Olah Raga dan Listrik ke Sekolah SD belum ada.

Setelah berkoordinasi dengan Kepala Sekolah SDN Taum dan SDN Angkasa, penulis menjadi orang tua asuh untuk 30 anak SD... Pada saat itu SPP dan perlengkapan sekolah anak asuh menjadi tanggung jawab penulis. Termasuk bantuan buku tulis dan alat tulis sebanyak 100 paket tiap semester yang diberikan kepada SD tersebut.

Pada kesempatan silaturahmi berikutnya, perlengkapan olahraga seperti Bola Voli, Bola sepak dan Lapangan Tennis meja disertakan. Sedangkan kebutuhan air bersih dan Listrik, penulis laporkan kepada Bapak Bupati untuk tindak lanjutnya.

Pertandingan olah raga Voli yang rutin dilaksanakan antara Ibu-ibu lanud dengan Ibu-ibu Dusun atau Desa perkampungan Adat menjadi ajang silaturahmi tersendiri.

Meninjau perkampungan oleh Bupati Bengkayang, Bapak Jacobus Luna, selalu di ikuti pula oleh penulis, walaupun dengan jarak yang memakan waktu 4 jam dengan sampan dan 2 jam berjalan kaki...dan ini merupakan silaturahmi penulis dengan masyarakat pedalaman.

Hasilnya

Dari staf yang lain, melaporkan bahwa penanda tangan pengklaim tanah tinggal seorang saja yang lain mengundurkan diri. Dan yang seorang itu sekarang jarang ada di perkampungan.....karena memang dia itu bukan warga asli penduduk setempat, namun warga dari daerah di Jawa Barat yang merantau kesana.

Penulis saat ini sudah bertugas di tempat lain...yang pada saat itu berharap dan berusaha memelihara serta menjaga sesuai kemampuannya agar konflik antar etnis tidak terulang lagi di Eks kabupaten sambas ( sekarang terpecah menjadi 3 kab/kota yaitu, Kab. Sambas, kab. Bengkayang dan Kota singkawang), terutama di sanggauledo, bengkayang, yang pada akhirnya merugikan masyarakat itu sendiri....Amin.