Senin, Desember 01, 2008

Penghasilan Kecil tapi Cukup...(Menghadirkan suatu Ke-anomali-an)

”Gaji yang kita terima tuh....tanggal 15,16 sudah habis....gaji kita, buat kehidupan sehari-hari cuma sampai tengah bulan doang...semua barang-barang serba mahal, belanjaan mahal dan hidup semakin susah”.

”Masa sih...gaji atau penghasilan yang kecil... kok cukup?
”Si Fulan yang suami istri bekerja aja.....ngeluh terus tuh....gimana ceritanya?”.
”Apalagi hidup di Jakarta !”

Itulah barangkali penggalan-penggalan kalimat keputus-asaan yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi perekonomian kita yang serba sulit, disertai dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada menjadikan beban ekonomi keluarga semakin bertambah berat. Wajar dan sangat normal jika tercetus ungkapan-ungkapan keluhan seperti pada kalimat-kalimat diatas.

”Upaya menyelesaikan masalah tersebut solusinya ada dua....Gaji di naikkan atau harga-harga di turunkan”, kata yang lain.

”Eh...kawan-kawan ternyata dua solusi diatas tidak mudah dilaksanakan. Menurut ahlinya, itu semua akan berdampak kepada ketidak seimbangan ekonomi secara makro.....njlimet ya..”,kata orang yang lain lagi.

Melihat situasi dan kondisi seperti ini, penulis teringat sekitar 14 tahun yang lalu, sekitar tahun 1994...Pada tahun itu perekonomian kita bagus, tetapi tetap saja standar hidup normal masih jauh dari mencukupi. Masih banyak anggota kita, baik militer maupun PNS yang hidup jauh dari cukup. Mereka hidup gali lobang tutup lobang, pinjam dari Koperasi untuk melunasi hutang di koperasi yang lain....dan itu terjadi bukan kepada satu atau dua orang anggota....prosentase nya cukup banyak.(Penulis pada saat itu menjadi pengurus sebuah Primer Koperasi). Banyak anggota membawa hanya struk gaji nya saja, karena gajinya sudah habis....tetapi gaji nya habis bukan untuk foya-foya, tetapi memang gaji nya pada saat itu kecil sekali. Jika ada kebutuhan yang sangat mendesak kembali ke koperasi.

Kawan...kondisi itu tidak hanya dialami oleh anggota saja, akan tetapi juga di alami oleh para Perwira.

Sebagai pengurus Koperasi, penulis melaporkan hal ini kepada Atasan, namun tanggapan dan arahan beliau pada saat itu adalah cerita tentang teori manajemen pengaturan gaji dan ketidak mampuan anggota tersebut dalam hal pengaturan gaji. Selesai.

Dimulai dari ketidak-puasan terhadap tanggapan/arahan pimpinan, penulis mencoba mencari solusinya bagaimana supaya anggota-anggota bisa mentas atau merdeka dari kesulitan/ himpitan ekonomi.

Mengumpulkan Dana untuk Modal Dagang Anggota

”OK, mulai bulan depan gaji kita, tiap bulan kita potong 2,5 %”, kesepakatan penulis dengan Bambang Surya Atmaja dan Pak M.Amin (Alm),....(mudah-mudahan amal baik Beliau di terima oleh Tuhan YME dan menempatkan Beliau di sisi Nya....amin). Setelah sebelumnya kita ngobrol-ngobrol tentang kondisi anggota yang gajinya banyak yang minus, dan koperasi pun tidak dapat banyak membantu memecahkan permasalahan ini.

Dengan dana yang terkumpul, kita sambangi orang-perorang yang masuk dalam daftar....dengan skala prioritas tentunya. Satu persatu mereka mentas. Ada yang dagang gado-gado dirumahnya, ada yang dagang beras, kemudian meningkat membuat warung sembako, ada yang dagang gorengan dan lain sebagainya.

Dagang Gado-gado tentunya tidak seberapa, kecil sekali…tetapi dengan perhatian dan dorongan, membuat semangat hidup mereka bangkit dan mereka menghargai penghasilannya walau kecil. Untuk makan keseharian mereka menjadi tidak was-was dan pada akhirnya kinerja mereka untuk kedinasan dapat di andalkan.

(Hingga pada suatu waktu jumlah donatur bertambah hingga mencapai dua puluhan orang dari semula tiga orang, Tahun 2000 Penulis pindah kedinasan....konon kegiatan vakum, mudah-mudahan dikarenakan sudah tidak ada lagi orang yang perlu di sambangi)

Anomalinya di mana…

Penulis teringat kepada petuah Guru, jika ingin sehat….peduli kepada orang yang sakit, tengoklah dia.
Jika ingin panjang umur….perbanyak silaturahmi, sambangilah orang-orang.
Jika ingin di luaskan rizki, peduli kepada orang yang belum beruntung, nafkah kan sebagian harta kita.

Dan pesan Guru yang selalu terngiang-ngiang ádalah, jika kau ingin kaya…..besarkan periuk mu pada hari Jumat…..

Kawan padahal menurut teori yang normal, jika sesuatu di kurangi maka akan berkurang dan sesuatu akan bertambah jika ditambah.
“ Duit sejuta di kurangi duapuluh lima ribu, ya enggak ada sejuta” kata kita.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, anomali adalah ketidak normalan atau penyimpangan dari normal atau kelainan.

Kawan, jadi dimana anomalinya…..di luar dugaan, kehidupan kita menjadi cukup dengan penghasilan yang ada…tidak punya beban ekonomi yang berat-berat, padahal gaji kita kan di kurangi tiap bulan….. Hidup kita menjadi serba positif. Lingkungan tidak menjadi beban, anak-anak menjadi sehat-sehat, keluarga sehat-sehat….kita pun jadi sehat.

Akhirnya..kita tidak perlu obat-obatan, tidak perlu vitamin tambahan dan tidak perlu pengeluaran yang sia-sia.....

Jadinya….cukup deh…

Minggu, November 16, 2008

CORO !!!....

Coro !!!....Itulah pengandaian yang selalu dikatakan oleh Pak Eko Budiono, pada waktu itu kepada para Pratar……

Coro adalah sejenis serangga yang hidup di sekitar kita….warnanya coklat dan mengkilap...bagus kelihatannya tapi nggak ada dagingnya atau isinya….kosong.

Pada saat itu Pratar pakaiannya coklat, emblem baretnya di brasso, simbol matra logam di kerah juga mengkilat di brasso, dilengan kiri dan kanan terpasang sepron kuning keemasan mengkilat, timang gespernya juga mengkilat di brasso dan sepatunya di semir ditambah sedikit air …. Mengkilat.

Bagaimana dengan isinya…………….kosongkah ?

Pada saat itu memang pada level holding position memorinya kosong atau hanya sedikit. Maklumlah karena baru saja di kosongkan memorinya oleh sistem chandradimuka. Isi atau memori yang lampau dipindahkan dari harddisk internal ke Harddisk eksternal dan posisi Harddisk eksternal tersebut dicabut dari komputernya dan di simpan di dalam tas.

Dihadapkan pada lingkungan yang serba baru, suasana baru dan serba yang baru-baru serta belum di pahami, maka Pratar tiap langkah dan tindak tanduknya selalu saja salah, tidak mengerti…enggong istilahnya. Penugasan pun sifatnya yang sederhana, jaga kamar misalnya. Jika ada penugasan yang cukup kompleks perlu waktu untuk dapat menyelesaikannya. Pada akhirnya dengan pembinaan dan penanganan yang bijaksana serta motivasi yang kuat untuk maju oleh dirinya, seorang Taruna dapat menetas dan keluar dari kulit telurnya menjadi seorang Perwira.

Setelah Terisi selama kurang lebih 20 Tahun.

Bagaimana si Coro ini setelah terisi dengan berbagai penugasan dan pengalaman selama kurang lebih hampir 20 tahun ?

Ternyata si Coro ini terkadang Hang, Komputernya masih cukup bagus, bahkan tiap tahun ter-up grade tapi....ya itu tadi sering Hang.
Menekan tombol Ctrl-Alt-Del sampai menekan tombol Off sudah sering kita lakukan sebagai solusi, hasilnya.....terkadang normal, terkadang tidak. RAM nya sudah kita ganti yang lebih besar kapasitasnya, bahkan Harddisknya pun sudah sudah di ganti dengan beratus-ratus Giga bits. Software nya ?........sudah yang terbaru....semuanya, bahkan sampai antivirusnya juga baru.

Cobalah deteksi...ternyata yang menyebabkan hang pada komputer kita adalah Virus. Data yang ada pada memori kita terkena virus, semua software aplikasinya pun terkena virus, termasuk antivirusnya sendiri terkena virus.

Kawan, mungkin kehidupan kita pernah atau sedang mengalami seperti komputer itu, kadang hang...ya itulah kehidupan.
Tabrakan kepentingan, kekecewaan, kekesalan, ketidakpuasan, putus asa, terkucilkan, termarginalkan......itu semua adalah Virus.

Kawan, virus itu tidak melulu keprihatinan-keprihatinan seperti di atas. Merasa di atas, hebat, jago, bisa mengatur, bisa menentukan, merasa kuasa, eksklusif, merasa pintar itu juga bentuk lain dari Virus.

Kawan, kalau sudah demikian komputer kita harus selalu di update seluruh sotwarenya. Komputer kita harus selalu terhubung ke server (Bank Sotware) melalui internet.

Bagaimana dengan si Coro ini.....

Ya...mari kita update diri kita ke Sang Maha Server, kita sambungkan setiap saat diri kita kepada Nya, agar virus-virus yang ada pada diri kita tidak membuat hang dan pada akhirnya kita bisa melanjutkan segala tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan doa kita menjelang makan malam di Handrawina......Berikanlah kami jalan yang berat tapi luhur, dari pada jalan yang mudah, ringan tapi hina....amin.


Bersambung...

Jumat, Oktober 24, 2008

KAWIN LAGI ENGGAK YA....

Suatu hari pada tahun 1990 di kelas Lek,Deplek,AAU...setelah memberikan kuliah pelajaran Elektronika IV, Dosen Letkol Lek A.Sumito memberikan santi aji tentang kehidupan dan beliau mengatakan bahwa kita harus berani melakukan suatu revolusi diri. Dengan semangat beliau mengatakan seperti apa yang telah di ucapkan oleh Bung Karno yaitu, PECAHKAN REVOLUSI PEMBANGUNAN SAMBIL JALAN.

Kemudian mengatakan lagi salah satu bentuk contoh revolusi pada diri kita adalah Pernikahan. Pernikahan adalah suatu bentuk perubahan besar pada manusia, dari seorang yang hidupnya sendiri/bujangan kemudian dengan langkah berani mengikatkan diri dengan seorang wanita yang secara fisik merasa kita sudah kenal untuk kita ajak mengawaki biduk rumah tangga.


Kawan-kawan, Menikah yang pertama memang suatu bentuk perubahan kehidupan yang sangat radikal, yang menurut Maslow di dorong oleh kebutuhan yang sangat primer, sama seperti kebutuhan manusia akan sandang dan pangan serta papan.

Lalu bagaimana dengan menikah yang kedua/poligami ? apakah ini juga kebutuhan yang sangat mendesak seperti kebutuhan primer lainnya.

Memang para bangsawan jaman dahulu kala memiliki selir merupakan kebutuhan yang sangat primer, karena pada saat itu kegiatan dibatasi oleh ruang dan waktu.

(Dengan memotong teori-teori dari para ahli yang dapat memperpanjang tulisan ini) singkat kata...bahwa kebutuhan itu dapat kita kontrol...under control..istilah Deddy Gz..dengan cara kita sibukkan diri kita untuk mencari Tuhan, yang telah hilang dalam ingatan kita, dalam kehidupan kita.

Kita cari yuk....!




Prajurit Taruna Ijin Bertanya

Sore itu, bertempat di Gedung Handrawina, para Prajurit Taruna mendapat santi aji dari Komandan Wing Taruna dengan materi Sospol ABRI.

Setelah selasai paparan, seorang Prajurit Taruna bertanya kepada pemapar, dalam hal ini Dan Wing Tar. " Ijin bertanya Komandan, tadi di sampaikan oleh Komandan bahwa fungsi Sospol ABRI adalah sementara, sampai kapan fungsi Sospol ABRI dapat bertahan atau berlaku?".

Sepertinya dari wajah beliau terlihat ragu-ragu dan menjawab, " Sepuluh sampai dua puluh tahun mendatang kemungkinan masih fungsional",.

Dengan perasaan kurang puas yang di simpan dalam hati Sang Taruna membalas "Siap"........

(Percakapan Prajurit Taruna Suroso dengan Kolonel Pnb.Eko Budiono, Januari 1988).